Senin, 06 Februari 2017

Senyum Sita (Harian Pontianak Post, 05 Februari 2017)


Varla Dhewiyanty

            Miranti memandang daun akasia yang gugur. Ada bayangan Sita sedang berlarian. Lalu bayangan itu tenggelam bersama dengan bayangan lain.
“Aku mau tersenyum sama Mama aja….”
***
Pulang jam berapa, Mir? Ini kan hari libur, jangan lama-lama. Sita juga ingin main denganmu.” Begitu bunyi pesan singkat dari Adam, suaminya. Sebaris pesan singkat lalu diketiknya perlahan… tak lama lagi, Mas.
“Ini hari Minggu, kenapa anakmu tak kau bawa, Mir?” tanya Tiara. Setelah mengetuk ikon send ia pun menoleh pada sahabatnya itu.
“Hari kebebasan…,” Miranti tersenyum.
“Aku kangen pada Sita…,” kata Tiara kemudian. Miranti memperhatikan raut wajah sahabatnya. Tiara telah menikah tujuh tahun dan belum dikaruniai anak. Ia memang sangat senang sekali jika bertemu dengan anak dari sahabat-sahabatnya.
Miranti memandang lima temannya yang lain. Mereka sedang bercengkrama sambil tentunya, foto-foto. Mereka bertujuh adalah teman se-gank sejak bangku kuliah hingga ketika telah berkeluarga pun, mereka tetap sering bertemu. Seperti di restoran saat ini.
”Mbak bisa tolong foto kami?” Miranti memanggil seorang pelayan untuk mengambil gambar mereka semua dengan tabletnya. Setelah selesai ia lalu meng-edit foto mereka sedikit dan menguploadnya,”Reuni lagiii…,”tulis Miranti.
 “Langsung tag aku Mir,”ujar Melia, sahabat Miranti yang lain.
“Iyaaa, kalian semua langsung aku tag nih,”Miranti tersenyum.
Kumpulan sahabat itu pun kembali asyik dengan gadget mereka masing-masing. Sibuk men-share apa yang sedang mereka lakukan saat ini di media sosial.

Sabtu, 28 Januari 2017

Cerpen Lama: Awan Kelinci (Bobo No.27.Th.2005 dan Buku Bahasa Indonesia untuk V SD)

Cerpen ini saya tulis sewaktu duduk di bangku kelas 3 SMP tahun sekitar tahun 2003 atau 2004 (saya lupa tepatnya). Dimuat tahun 2005 saat saya duduk di kelas 1 SMA. Sayangnya berhubung tulisan saya waktu itu masih acak-acakan, nama saya yang saya tulis sebagai Varla Nurul (nama tengah saya adalah Nurulrahaning) terbaca oleh redaksi sebagai Varia Nurul hiks hiks hiks :D

Saya ingat waktu saya berada di sekolah dan ibu saya menelepon saya bahwa ada kiriman pos dari Bobo bersama uang Rp. 100.000 (honor cerpen satu halaman waktu itu). Saya senang sekali, meskipun saya sendiri sudah lupa dengan cerpen yang saya kirim tersebut (ngirimnya sekitar setahun sebelumnya). Majalahnya sendiri hilang, tapi saya ingat kavernya berwarna merah). Saat itu beberapa waktu sebelumnya terjadi tsunami Aceh dan ibu saya berkata mungkin cerpen saya dianggap sesuai dengan tema tsb (karena berkisah tentang seorang anak yang menjadi korban banjir).

Beberapa tahun kemudian saya iseng men-search keyword 'Awan Kelinci Varia Nurul' di google. Sebabnya karena saya sudah kehilangan majalah aslinya (oh iya, siapa tahu ada yang masih memiliki Bobo edisi 27/2005 saya berkenan membelinya, lho :D) dan saya berpikir siapa tahu Bobo menerbitkan kembali cerpen-cerpen yang dimuat dalam format online. Yang saya dapat ternyata adalah hal lain.

Betapa gembiranya saya ketika mengetahui bahwa cerpen saya telah digunakan sebagai materi ajar dalam buku sekolah digital karya Umri Nuraini (Bahasa Indonesia untuk kelas V SD). Bahkan ada pertanyaan yang terkait bacaannya segala. Ih senengnya cerpen tsb bisa bermanfaat untuk adik-adik sekolah dasar. Saat kemudian saya bekerja mengajar les seorang anak tetangga, akhirnya saya dapat menemukan buku tsb dalam format cetaknya (lihat gambar). :D

Rasanya nyesel banget bertahun-tahun tidak serius mengembangkan hobi menulis saya. SMA dan kuliah terlewat begitu saja, saya hanya fokus dengan sekolah. Sebenarnya saya tetap menulis dikit-dikit, tetapi ya gitu, bisa dibilang ga serius dan ga fokus kali ya. :/ Saya inget zaman kuliah beberapa kali saya mengirim cerpen ke majalah STORY tapi gak pernah dimuat sampai akhirnya majalah STORY gak terbit lagi. :(

Tak terasa sekarang saya sudah menikah dan saya merasa inilah waktu yang benar-benar tepat untuk kembali menekuni hobi menulis yang terabaikan. :D InsyaAllah tidak ada kata terlambat, yang penting berusaha saja dan kita sendiri harus menikmati proses menulis itu. Meskipun ibaratnya harus belajar lagi dari awal tidak apa-apa. Kalau kita bahagia dengan kembali menekuni suatu bidang yang kita sukai, kenapa tidak? (Ini sebenarnya nyemangatin siapa sih..., hahahaa). Wah kelamaan cas cis cus-nya. Nah, berikut ini adalah isi dari cerpen Awan Kelinci. :)



Selasa, 24 Januari 2017

Cerpen Tiga Belas Empat Lima (dalam Antologi "Kutunggu Kau Jam Sembilan Pagi" Kelas Menulis LCC Perpustakaan Kalimantan Barat)

Varla Dhewiyanty
Tiga belas empat lima
Pepohonan bermandikan cahaya
Tiga belas empat lima
Angin meniup daun jendela
Tiga belas empat lima
Kupu-kupu mengepakkan sayapnya
Tiga belas empat lima…
***
Sepuluh empat lima, brownies kukus telah selesai dimasak.
“Harum sekali,”ujar Almira.
Brownies itu ia pindahkan pada piring, lalu diletakkannya di meja. Almira menutupnya dengan tudung saji.
Almira beranjak ke ruang keluarga dan menyalakan televisi yang ternyata sedang menayangkan acara gosip. Mata Almira berbinar. Almira pun memutuskan berbaring di sofa sambil menonton acara kesukaannya itu.
Berita kali ini tentang seorang aktor yang akhirnya menikahi seorang perempuan yang mengaku telah dihamili olehnya. Oh, Almira pun pernah mengalami peristiwa yang hampir serupa.