Cerpen ini saya tulis sewaktu duduk di bangku kelas 3 SMP tahun sekitar tahun 2003 atau 2004 (saya lupa tepatnya). Dimuat tahun 2005 saat saya duduk di kelas 1 SMA. Sayangnya berhubung tulisan saya waktu itu masih acak-acakan, nama saya yang saya tulis sebagai Varla Nurul (nama tengah saya adalah Nurulrahaning) terbaca oleh redaksi sebagai Varia Nurul hiks hiks hiks :D
Saya ingat waktu saya berada di sekolah dan ibu saya menelepon saya bahwa ada kiriman pos dari Bobo bersama uang Rp. 100.000 (honor cerpen satu halaman waktu itu). Saya senang sekali, meskipun saya sendiri sudah lupa dengan cerpen yang saya kirim tersebut (ngirimnya sekitar setahun sebelumnya). Majalahnya sendiri hilang, tapi saya ingat kavernya berwarna merah). Saat itu beberapa waktu sebelumnya terjadi tsunami Aceh dan ibu saya berkata mungkin cerpen saya dianggap sesuai dengan tema tsb (karena berkisah tentang seorang anak yang menjadi korban banjir).
Beberapa tahun kemudian saya iseng men-search keyword 'Awan Kelinci Varia Nurul' di google. Sebabnya karena saya sudah kehilangan majalah aslinya (oh iya, siapa tahu ada yang masih memiliki Bobo edisi 27/2005 saya berkenan membelinya, lho :D) dan saya berpikir siapa tahu Bobo menerbitkan kembali cerpen-cerpen yang dimuat dalam format online. Yang saya dapat ternyata adalah hal lain.
Betapa gembiranya saya ketika mengetahui bahwa cerpen saya telah digunakan sebagai materi ajar dalam buku sekolah digital karya Umri Nuraini (Bahasa Indonesia untuk kelas V SD). Bahkan ada pertanyaan yang terkait bacaannya segala. Ih senengnya cerpen tsb bisa bermanfaat untuk adik-adik sekolah dasar. Saat kemudian saya bekerja mengajar les seorang anak tetangga, akhirnya saya dapat menemukan buku tsb dalam format cetaknya (lihat gambar). :D
Rasanya nyesel banget bertahun-tahun tidak serius mengembangkan hobi menulis saya. SMA dan kuliah terlewat begitu saja, saya hanya fokus dengan sekolah. Sebenarnya saya tetap menulis dikit-dikit, tetapi ya gitu, bisa dibilang ga serius dan ga fokus kali ya. :/ Saya inget zaman kuliah beberapa kali saya mengirim cerpen ke majalah STORY tapi gak pernah dimuat sampai akhirnya majalah STORY gak terbit lagi. :(
Tak terasa sekarang saya sudah menikah dan saya merasa inilah waktu yang benar-benar tepat untuk kembali menekuni hobi menulis yang terabaikan. :D InsyaAllah tidak ada kata terlambat, yang penting berusaha saja dan kita sendiri harus menikmati proses menulis itu. Meskipun ibaratnya harus belajar lagi dari awal tidak apa-apa. Kalau kita bahagia dengan kembali menekuni suatu bidang yang kita sukai, kenapa tidak? (Ini sebenarnya nyemangatin siapa sih..., hahahaa). Wah kelamaan cas cis cus-nya. Nah, berikut ini adalah isi dari cerpen Awan Kelinci. :)
Awan Kelinci
Anak itu bernama Rere. Kulitnya hitam dan kasar. Bajunya penuh noda, seperti
pemulung. la tersenyum kepadaku, tetapi aku diam saja. Mbok Minah mengajaknya
kebelakang untuk dimandikan. Mama merangkul bahuku.
"Rere akan
tinggal di sini menjadi adikmu. Kedua orang tua dan adik Rere meninggal saat
banjir besar. Ia yatim piatu," kata Mama.
"Tidak, Ma! Tidak ada yang bisa menggantikan
Devi!" teriakku, lalu berlari ke kamar sambil terisak.
Aku berbaring di
tempat tidurku sambil menangis. Aku mengingat adikku Devi yang manis. Ia
meninggal karena kanker darah. Hatiku pedih karena Mama mengajak seorang anak
aneh menjadi pengganti adikku. Tidak! Aku tidak mau!
Aku mengintip ke luar
jendela. Langit biru cerah dihiasi awan-awan putih. Aku jadi ingat permainan
tebak awan yang sering kumainkan bersama Devi dulu.
Kami paling suka
mencari awan berbentuk kelinci lucu. Tiba-tiba, aku jadi ingin melihat awan.
Aku pun keluar kamar dan pergi ke teras. Kulayangkan pandang ke seluruh penjuru
langit. Akan tetapi, tak ada awan berbentuk kelinci. Aku sedih sekali.
Tiba-tiba, terdengar langkah di belakangku.Dan ...
"Dulu, Rere dan
adik Rere suka sekali mencari awan kelinci," terdengar suara
Rere. Aku kaget
mendengar perkataannya itu. "Sekarang ... aku sendirian...,"
lanjutnya.
Kemudian, ia menangis. Rupanya,
keluarga Rere hanyut terbawa air bah. Aku merasa kasihan dan tidak kesal lagi padanya. Kuajak
dia duduk di dekatku. Rere agak terisak, aku segera memeluknya.
Aku merasa senasib
dengan Rere. Kami sama-sama kehilangan saudara tercinta. Tiba-tiba, Rere
berteriak keras. la menunjuk-nunjuk ke langit.
"Kak Mita, lihat,
awan kelinci kecil!" Aku menatap tidak percaya. Benar! Awan berbentuk
kelinci putih! Ada dua telinga dan kaki. Perutnya sedikit lebih besar daripada
kepalanya. Aku menatap Rere yang melompat gembira di sampingku. Ah, memang
tidak ada yang bisa menggantikan Devi. Akan tetapi, berbagi kasih sayang dengan
Rere, tak ada salahnya, kan?
(Dimuat di Bobo edisi
27/2005 dan digunakan dalam buku 'Bahasa Indonesia untuk Kelas V SD' karya Umri
Nuraini)
fontsizenya besok agak digedein ya dek, mata saya perlu kerja keras bacanya hehe. btw selamat. seneng banget pasti nemu tulisan kt jd bahan ajar. smg jd penyemangat ya...
BalasHapussippp sudah diperbaiki mba wik :*
Hapusgagasan utama terletak di mana ?
BalasHapusbalas ....
http://taipanqqgood.blogspot.co.id/2018/04/5-alasan-cinta-cenderung-hilang-setelah.html
BalasHapusTaipanbiru
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS |
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsasusun
• Domino99
• Poker
• BandarPoker
• Sakong
• Bandar66
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
Daftar taipanqq
Taipanqq
taipanqq.com
Agen BandarQ
Kartu Online
Taipan1945
Judi Online
AgenSakong
Tema nya apa y buk?
BalasHapusTema nya apa y buk?
BalasHapus(^__^)
BalasHapus